FGD-1 Pra Muswil VII LDII DIY
GKR Mangkubumi Ajak Masyarakat Jaga Keberagaman dan Keistimewaan DIY

Budayawan Yogyakarta GKR Mangkubumi saat memberikan materi pada FGD Pra Muswil VII LDI DIY, Sabtu (27/6/2021)
JOGJANEWS | YOGYAKARTA - Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) Provinsi DIY menggelar Focus Group Discussion (FGD)-1 dalam rangka Pra Musyawarah Wilayah (Muswil) VII.
Mengangkat tema "Peran Ormas Keagamaan dalam Menjaga Keharmonisan di Tengah-tengah Keberagaman dan Budaya di Daerah Istimewa Yogyakarta", Sabtu (26/6/2021). FGD-1 dilaksanakan secara daring dan luring yang bertempat di Aula Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) DIY sebagai studio utama.
Narasumber yang dihadirkan di antaranya Kakanwil Kemenag DIY Drs. H. Edhi Gunawan, M.Pd.I., Budayawan Yogyakarta GKR Mangkubumi hadir secara virtual, Sekretaris Dinas Kebudayaan DIY Cahyo Widayat, S.H., M.Si., Wakil Ketua Forum kerukunan Umat Beragama (FKUB) DIY DR. G. Sri Nurhartanto, dan Ketua DPP LDII Dr. Ir. H. Teddy Suratmadji, M.Sc. yang juga hadir secara virtual. FGD-1 dipimpin moderator yang juga pengurus DPP LDII Dr. H. Ardito Bhinadi, S.E., M.Si.
Ketua DPW LDII DIY Dr. H. Wahyudi, M.S., dalam sambutannya mengatakan Jogja adalah miniatur Indonesia karena di dalamnya terdapat beragam suku, agama, golongan, budaya, dan bahasa. Melalui keberagaman tersebut tumbuh toleransi yang tinggi. "Keberagaman ini tidak lepas dari keberadaan keraton yang memiliki tradisi turun temurun, namun ketika bertemu dengan agama maka keduanya dapat berjalan damai dan saling menguntungkan," ungkapnya.
Faktanya, kata H. Wahyudi, agama tidak menolak tradisi secara keseluruhan, ajaran agama yang melahirkan tradisi baru membawa bukti bahwa agama bisa memberi ruang pada nilai-nilai lokal yang dianggap baik. Atas keberagaman ini, Wahyudi berpesan toleransi yang sudah tumbuh ini jangan sampai mengalami pergeseran.
Memasuki pemaparan pertama, narasumber Kakanwil Kemenag DIY Drs. H. Edhi Gunawan, M.Pd.I., mengapresiasi kegiatan LDII dalam rangka berkontribusi bagaimana memerankan ormas keagamaan dalam membangun keharmonisan di DIY. "Diketahui, DIY yang sangat luar biasa beragam agamanya, budayanya, ini rentan dengan perpecahan dan ketidakharmonisan di masyarakat," katanya.
Di DIY sendiri, H. Edhi menyebutkan, juga pernah terjadi peristiwa-peristiwa yang rentan disharmoni. "Semuanya bisa terselesaikan, namun tetap perlu waspada jangan sampai peristiwa tersebut terulang lagi," tuturnya.
Menyikapi beberapa konflik keagamaan, maka dibutuhkan peran ormas keagamaan yakni memberikan pencerahan kepada umat masing-masing tentang pentingnya ajaran agama dalam membangun kerja sama, persaudaraan dan kebersamaan. "Perlu disadari bahwa kita hidup bertetangga, supaya hidup kita bisa harmonis tentu dengan menjalin komunikasi yang baik," jelasnya.
Sementara itu, GKR Mangkubumi menceritakan sejarah negara Indonesia hingga mengerucut keistimewaan DIY. "Status keistimewaan ini tentu didapat dengan perjuangan, kearifan, dan masyarakatnya yang istimewa. Nah, status ini yang harus kita banggakan dan itu adalah hasil kerja keras dan perjuangan hingga saat ini status yogyakarta adalah istimewa, ini harus benar-benar dipegang teguh," katanya.
GKR Mangkubumi mengajak kepada masyarakat dengan keberagaman dan keistimewaan di Jogja untuk dijaga bersama-sama. "Ini semua menjadi tugas kita bersama baik LDII, FKUB, dan masyarakat hingga tingkat RT, kalau bukan kita siapa lagi?" tandasnya.
Berbicara keistimewaan DIY, salah satunya adalah bagaimana keberagaman di jogja ini terjaga dengan baik, sehingga jogja dikatakan kota yang toleransi, provinsi yang toleransi. Berbicara pendidikan, di Jogja terdapat banyak sekali institusi pendidikan dari paud hingga perguruan tinggi. Bahkan, banyak orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya ke jogja. "Ini lah keberagaman yang ada di Jogja," kata GKR Mangkubumi.
Bicara budaya, adalah bagaimana kita hidup saling tolong menolong, menghormati, menghargai, dan gotong royong, ini adalah ciri khas masyarakat di Jogja. "Berbicara agama, kita menghargai keberagaman agama dan mempelajarinya, tapi kita punya yang lebih prioritas adalah budaya kita sendiri dan bagaimana menjadikan jogja ini semakin nyaman," ungkapnya.
GKR Mangkubumi menambahkan, perlu juga mengedukasi masyarakat untuk paham betul dengan keberagaman agama dan budaya di Jogja guna meminimalisir intoleransi. "Dalam momen yang baik ini, mari bersama kita cari solusinya agar permasalahan kecil di jogja baik tentang agama maupun budaya bisa segera terselesaikan," tutupnya.
Read more info "GKR Mangkubumi Ajak Masyarakat Jaga Keberagaman dan Keistimewaan DIY" on the next page :
Editor :JogjaNews