Gerakan Rang Minang Klaten Baliak Ka Surau, Merawat Warisan 'Adat Basandi Syarak'

Rang Minang Kembali Ka Surau.
SIGAPNEWS.CO.ID | Klaten & Solo, Juli 2025 — Sejumlah tokoh Minangkabau di perantauan, khususnya di wilayah Klaten dan Solo, tengah menghidupkan kembali tradisi luhur yang telah lama menjadi napas kehidupan masyarakat Minang: kembali ke surau. Gerakan ini mereka sebut dengan “Gerakan Rang Minang Baliak Ka Surau”, sebuah gerakan spiritual dan budaya yang merujuk kepada pepatah adat Minangkabau: “Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah.”
Tokoh-tokoh Minang seperti Buya Hendrietson Segeh, Datuk Bareno, Jhon Hendri, Toni, Aswir, dan lainnya yang juga tergabung dalam Ikatan Keluarga Minang (IKM) menjadi penggerak utama kegiatan ini. Mereka menginisiasi program yang menyatukan masyarakat Minang di tanah rantau dalam suasana surau—tempat mendidik ruhani, mempererat silaturahmi, dan membentengi diri dari derasnya arus zaman.
Kegiatan utama dalam gerakan ini meliputi siraman rohani, dzikir qalbu, penguatan keimanan, serta sholat berjamaah. Tidak hanya menjadi ruang ibadah, surau juga difungsikan sebagai pusat peradaban kecil yang menanamkan kembali nilai-nilai luhur adat dan syarak kepada generasi muda Minang yang lahir dan besar di perantauan.
“Surau bukan sekadar tempat ibadah. Ia adalah sekolah kehidupan. Di sanalah nilai adat, agama, dan moralitas diwariskan secara hidup,” ujar Buya Hendrietson dalam salah satu kajian yang digelar di Surau Boyolali.
Kegiatan Gerakan Rang Minang Baliak Ka Surau ini telah beberapa kali dilaksanakan secara berkala, tidak hanya di Surau Boyolali, tetapi juga di Yogyakarta dan berbagai tempat lain yang menjadi domisili komunitas Minang. Antusiasme masyarakat cukup tinggi, baik dari kalangan orang tua, pemuda, hingga anak-anak yang mulai dikenalkan dengan tradisi surau sejak dini.
Di tengah gempuran globalisasi dan badai godaan akhir zaman, gerakan ini hadir sebagai jawaban atas kegelisahan banyak tokoh adat dan agama. Mereka berupaya menjadikan surau sebagai benteng terakhir dalam menjaga jati diri dan spiritualitas urang Minang, di mana pun mereka berada.
Sebagaimana nilai luhur yang diwariskan leluhur, adat dan syarak tidak boleh tercerai, sebab itulah jati diri urang Minang yang sejati.
Editor :JogjaNews
Source : Jogja News